Semua tentang aviasi diambil dari sini kalu mau tau spesifikasinya, cari ndiri, nie juga nyarinya susah, kwkwkwwkwk, alias silahkan gubang alias gabung and mmari berGEMBLUNGria banyak nyang bilang ngegemblung disini,
Investasi Industri Jasa Penerbangan
Sejumlah maskapai penerbangan nasional mulai berpikir untuk meninggalkan penerbangan murah yang penuh risiko. Mereka membutuhkan investasi tinggi, meremajakan pesawat.
Maraknya bisnis jasa penerbangan memicu perang tarif antarmaskapai. Sejumlah perusahaan penerbangan menggunakan strategi tiket murah (low cost carrier) untuk memenangkan pertempuran dalam menggaet penumpang.
Sejumlah efisiensi pun dilakukan para operator "burung besi" untuk mendukung penerbangan murah-meriah itu. Banyak maskapai yang berharap tetap meraih keuntungan dengan tawaran tiket murah dengan cara memangkas biaya konsumsi serta terbang dengan pesawat tua jenis Boeing 737-200.
Boeing 737-200, yang di sejumlah negara dilarang beroperasi, terbilang pesawat murah. Harga sewanya hanya USD 40-80 ribu (Rp 350-720 juta) per bulan. Bandingkan dengan Boeing 737-400 yang usianya relatif muda, harga sewanya bisa mencapai USD160 ribu (Rp 1,5 miliar) per bulan.
Tak sedikit pemain baru di bisnis penerbangan yang mencoba mengejar untung dengan pesawat supermurah itu. Padahal, mereka sangat potensial mengesampingkan faktor keselamatan dan kurang memperhatikan peraturan. Mulai pelanggaran jam terbang pilot, usia pesawat (maksimal 35 tahun), jam terbang pesawat (maksimal 70 ribu jam), mengudara dengan peralatan minim di bawah standar MEL (minimum equipment list), hingga rendahnya kualifikasi personel.
Situasi penerbangan nasional itu telah menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara yang tingkat kecelakaannya cukup tinggi. Persentase kecelakaan pesawat Indonesia 1,3 persen, jauh di atas ambang ideal 0,35 persen. Semester pertama 2006 saja, paling tidak terjadi 11 musibah pesawat (termasuk tergelincir).
Sejumlah operator mulai menyadari kesalahan itu. Beberapa maskapai tahun ini mulai bergerak untuk meremajakan pesawat-pesawatnya. Konsep low cost carrier yang dianggap ampuh dalam tiga tahun terakhir dinilai bukan primadona lagi.
Itu seperti yang dilakukan maskapai penerbangan Lion Air. Maskapai tersebut awalnya mengandalkan strategi low cost carrier (LCC). Mereka sukses bisa bertahan dan menjadi maskapai penerbangan terbesar kedua di Indonesia. "Kini strategi low cost carrier sudah ketinggalan zaman," papar Presdir Lion Air, Rusdi Kirana.
Menurut dia, tarif murah lambat laun akan ditinggalkan penumpang. Pengguna jasa penerbangan lebih memilih kenyamanan dan keamanan. Untuk itu, tahun ini Lion Air memilih berinvestasi dengan mendatangkan pesawat baru dan memperbaiki peningkatan sistem teknologi informasi.
Salah satunya rencana mendatangkan 60 pesawat Boeing 737-900ER yang peluncuran perdananya dilakukan di pabrik Boeing, Seattle, Amerika Serikat, 8 Agustus lalu. "Transaksi pembelian pesawat itu senilai USD 3,9 miliar," ungkapnya. Selain itu, mereka memperbaiki sistem teknologi informatika yang memudahkan penumpang, seperti mobile checking, Lion Passport, drive thru check in, Lion Credit Card, dan internet booking.
Presiden Direktur PT Adam Sky Connection Adam Adhitya Suherman mengatakan bahwa inti bisnis penerbangan adalah pelayanan yang maksimal. Jika penumpang merasa nyaman, aman, dan tarifnya terjangkau, mereka akan bertahan. Untuk itu, Adam Air berniat mengubah image sebagai maskapai penerbangan bernuansa muda sehingga penumpang merasa dilayani layaknya seorang artis.
Pria berusia 25 tahun itu mengaku telah mempersiapkan program-program perseroan guna meningkatkan keselamatan dan kenyamanan penumpang. Adam mengaku bersiap-siap membeli 30 pesawat Airbus tipe A320 dengan harga USD 70 juta per unit. Saat ini, pesawat Adam Air rata-rata berusia 10-15 tahun. "Saat ini, Adam Air mengoperasikan 23 pesawat tipe Boeing 737-200, 300, 400, dan 500." ungkapnya.
Perseroan juga berencana membeli sebuah pesawat simulator dari Amerika Serikat untuk latihan pilot. Selama ini, Adam Air harus menyewa simulator yang dimiliki Garuda Indonesia atau mengirim pilot-pilotnya ke Singapura atau Tiongkok jika sedang penuh. Investasi pembelian simulator itu mencapai USD 3 juta, termasuk ongkos kirim dan pasang.
Tahun depan diperkirakan simulator tersebut tiba. "Selain itu, Adam Air berencana membeli bangkai pesawat Boeing 737-300 untuk pelatihan pramugari dalam melayani penumpang," tegasnya.
Presdir Mandala Airlines Diono Nurjadin mengatakan, pihaknya berharap kecelakaan pesawat seperti di Medan tahun lalu tidak terulang lagi. Untuk itu, dia mendukung sepenuhnya tujuh butir rekomendasi KNKT untuk meningkatkan aspek keselamatan penumpang.
Manajemen Mandala terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan secara serius guna meminimalisasi risiko terjadinya hal-hal yang dapat mengganggu keamanan dan kenyamanan penumpang. "Kami sangat mendukung dan mengapresiasi tinggi atas keluarnya rekomendasi KNKT," ujarnya.
Mandala, kata dia, telah memperbaiki standardisasi kemampuan sumber daya manusianya, terutama pilot dan kru pesawat, dengan melakukan benchmarking standardisasi pengoperasian secara internasional ke luar negeri. Setelah 51 persen saham Mandala dikuasai Cardig Internasional dan 49 persen dikuasai Indigo Partners LCC, Mandala berencana membeli 20 pesawat Airbus 320 dengan kapasitas 180 tempat duduk. Saat ini, Mandala mengoperasikan 13 pesawat, dua Boeing 737-400 dan sisanya Boeing 737-200.
Soal pemesanan pesawat itu, Direktur Komunikasi dan Hukum Mandala Air Alex Widjojo mengatakan bahwa tahun ini diharapkan datang empat unit Airbus. Tetapi, hingga sekarang pesawat belum juga terkirim karena ada masalah intern di manajemen industri pesawat yang bermarkas di Eropa itu.
Target pengadaan pesawat Mandala pada 2007 delapan pesawat dan 2008 delapan pesawat. "Manajemen masih menganggap nilai investasi ini rahasia sehingga belum bisa kami ungkapkan," jelasnya. (wir)
sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail_c&id=255375
Tidak ada komentar:
Posting Komentar