Pada hari senin (16/10/2006), terjadi tabrakan antara truk dan bus di
jalan tol Jakarta-Cikampek. Tabrakan bermula karena truk yang melaju
dari arah Cikampek menuju Jakarta tiba-tiba membelok ke kanan, melin-
tasi median jalan, dan masuk ke jalur tol arah Jakarta menuju Cikampek.
Sementara itu, bus yang sedang melaju cepat ke arah Cikampek tidak
dapat menghindari truk yang tiba-tiba muncul di hadapannya, dan
tabrakan pun terjadi. Diduga kuat sopir truk mengantuk dan tanpa
sadar membanting setir ke kanan sehingga truk masuk ke jalur arah
berlawanan.
Ada dua hal yang dapat dipelajari dari tabrakan yang menewaskan
sembilan orang dan menciderai 10 orang ini. Pertama, jangan mengemudi-
kan kendaraan dalam keadaan mengantuk. Berhentilah di tempat peris-
tirahatan yang telah disediakan, dan beristirahatlah. Namun, jika sudah
terlalu mengantuk, berhentilah di bahu jalan, nyalakan lampu hazard,
dan beristirahatlah. Kedua, manusia memiliki keterbatasan dalam
mengantisipasi sesuatu yang tiba-tiba muncul di hadapannya.
Kodratnya sebagai makhluk pejalan kaki, manusia hanya mampu
mengantisipasi sesuatu yang tiba-tiba muncul di hadapannya jika ia
bergerak di bawah 10 km/jam. Jika bergerak di atas itu, ia tidak bisa meng-
hindar. Kemampuan ini berhubungan dengan kecepatan manusia dalam
bereaksi. Umumnya manusia memerlukan 0,8 sampai 1 detik untuk
bereaksi. Jika seseorang melajukan kendaran dengan kelajuan 50 km/jam,
maka waktu 1 detik untuk bereaksi itu sama dengan 14 meter (dibulatkan).
Sebab, 50 km/jam sama dengan 14 m/s. Dan mobil yang melaju 50 km/jam
memerlukan 14 m untuk sepenuhnya berhenti. Jadi, jarak total yang diper-
lukan untuk sepenuhnya berhenti adalah 28 m. Pada kecepatan sebesar
90 km/jam, total jarak yang diperlukan 70 m. Sedangkan pada kelajuan
130 km/jam, total jarak yang diperlukan 129 m.
Gerak Lurus
59
Kebiasaan memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi tidak men-
jadikan seseorang bisa mengatasi kodratnya sebagai makhluk pejalan kaki.
Bahkan, seorang pembalap F1 sekelas Michael Schumacher pun tidak
bisa menghindar saat mobil F1 yang berada di depannya berhenti atau
mengurangi kecepatan secara tiba-tiba. Oleh karena itu, saat memacu
mobil dengan kecepatan tinggi (di atas 80 km/jam), seorang pengemudi
harus memusatkan seluruh perhatiannya ke jalan. Memusatkan seluruh
perhatian ke jalan, termasuk memperhatikan gerak-gerik kendaraan
yang datang dari arah berlawanan, sulit dilakukan jika mobil dipacu
dengan kecepatan tinggi. Hal ini disebabkan sudut pandang pengemudi
menyempit seiring dengan meningkatnya kecepatan. Pada kecepatan
sebesar 40 km/jam sudut pandang pengemudi 100°, 70 km/jam
menjadi 75°, 100 km/jam menjadi 45°, dan pada kecepatan 130 km/jam
menjadi 30°.
Sayangnya, dalam kehidupan sehari-hari jarang ada kendaraan
yang melaju dijalan dengan menjaga jarak aman. Pada umumnya, jarak
antar-kendaraan 3 sampai 4 meter saja. Bahkan juga saat mobil dipacu
di atas 80 km/jam. Selain itu, jarang pengemudi yang memperhatikan
kondisi fisiknya. Meskipun mengantuk, lelah, atau mengonsumsi obat
yang menyebabkan kantuk, mereka tetap memacu kendaraan dengan
kecepatan tinggi. Itulah sebabnya, saat dijalan ada kendaraan yang
mengerem mendadak, lansung terjadi tabrakan beruntun.
Berdasarkan studi yang dilakukan diberbagai negara, diketahui bah-
wa 80% dari kecelakaan di jalan raya karena kesalahan pengemudi (human
error). Sisanya terjadi karena hal-hal lain seperti pengemudi kendaraan
lain, ban pecah, rem blong, atau jalan jelek. Oleh karena itu, periksalah
kendaraan Anda saat akan melakukan perjalanan jauh dan jagalah fisik
Anda agar tetap dalam kondisi prima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar